Membendung Butir Paham Orientalisme
MEMBENDUNG BUTIR PAHAM ORIENTALISME
Oleh: Sam Asror
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ الْمُجْرِمِيْنَۗ وَكَفٰى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَّنَصِيْر
Artinya:
Begitulah, bagi setiap nabi, telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong. (QS. Al-Furqan Ayat 31)
Sejak zaman kenabian yang telah berabad abad lalu, wajah islam memang tidak pernah kesepian dari musuh, mereka tak pernah diam untuk merongrong kerusakan terhadap agama yang Allah ridhai. Mereka berupaya untuk membuat ragu kepada kita sebagai ummat islam untuk meyakini dan mempercayai akhirul anbiya’ Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam, mereka mengharap kecacatan dan merebut hak previliege atau keistimewaan sang nabi, dengan tujuan agar supaya iman kita rapuh tidak kokoh sehingga kita jauh dan tidak memiliki keimanan kepada nabi. Na’udzubillah.
Di dalam al Quran tercatat bahwa setiap generasi kenabian, Allah menjadikan dari mereka musuh musuh dari orang yang berbuat dosa. Mari kita coba menilik ke belakang. Pada zaman nabi nabi terdahulu, mereka (aduww Allah) musuh Allah vis a vis melawan para utusan Allah. Nabi ibrahim – Namrud, nabi Musa – Firaun, nabi Nuh – Kan’an putra kandung yang ditegaskan oleh Allah kepada nabi Nuh dalam al quran yang berbunyi innahu laysa min ahlika arti kurang lebihnya ialah; sesungguhnya ia (Kan’an) bukan dari keluargamu. Dalam zaman post-modern ini seharusnya bagi kita ummat muslim terlebih sebagai masyarakat pesantren tidak heran atau kaget menghadapi hal hal yang hampir serupa dengan kejadian kejadian yang selalu berisi pertentangan dari kaum yang berseberangan dengan kita. Yang wajib bagi kita adalah menguatkan sendi sendi keilmuan untuk menjadi laskar yang bisa membendung jika kita dihadapkan dengan opini atau serangan dari mereka. Ataupun dalam bentuk lain, kita tetap harus mampu mencegahnya.
Melihat zaman akhir yang sangat mudah untuk memperoleh informasi dari berbagai platform media membuat kita berada di keterapungan pemahaman yang kabur, belajar dari aplikasi yang menyediakan konten keagamaan tanpa muwajjahah atau tatap muka dengan guru, ustadz, kiai, kalau sudah seperti itu sanad keilmuan tampak didiskreditkan atau tak dipentingkan. Banyak berbagai serangan paham paham dari luar masuk di timeline media tanpa jeda, dan dari itu kita harus membangun pagar agar terhindar dari sasaran mereka.
Islam yang pecah adalah target utama mereka. Mereka mengusung berbagai opini atau argumen demi kehancuran kita. Salah satu yang gencar sekali mereka gemborkan ialah tentang berbilangnya istri istri Rasulillah Muhammad SAW, mereka memberi stempel kepada beliau MANUSIA PENUH BIRAHI. Bagaimana menyikapi hal tersebut? Tentunya pemahaman tersebut harus diluruskan dengan ilmu atau argumen dalil atau analogi nalar. Banyak ulama yang mengcounter dengan berbagai macam cara, salah satu ulama yang membantah dengan menulis, menghimpun dalil, dan menyertakan olah otak ialah Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni dari Syiria. Beliau menulis kitab khusus untuk mematahkan serangan para orientalis tentang berbilangnya istri istri nabi yang berjudul asy syubuhat wal abathil fii ta’addud zaujaatirrasul. Dalam kitab tersebut beliau mengupas tuntas di dalam menolak opini yang disebarkan oleh kaum mustasyriquun (r:orientalis).
Beliau Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni menuliskan hikmah hikmah dibalik berbilangnya istri Nabi. Selain itu Syaikh Ali dengan lugas memberi dua poin penting yang cukup untuk mematahkan serangan mereka. Pertama, berbilangnya istri Rasulullah setelah beliau melewati usia 50. Kedua, seluruh istri beliau adalah janda kecuali Sayyidatina Aisyah r.a yang merupakan gadis putri dari sahabat Abu Bakar.
Konon sahabat Jabir bin Abdullah pernah menemui Nabi Muhammad SAW dari aroma kedatangan yang dibawa Jabir Rasulullah kaget dan bertanya.
“apakah engkau baru selesai melaksanakan pernikahan?”
Jabir menjawab “benar wahai nabi”
“Perempuan yang engkau nikahi apakah seorang gadis atau janda?”
“janda, ya rasul”
“kenapa engkau tidak menikah dengan gadis, engkau bisa bersenang senang dengannya dan dia akan membuatmu senang”
Jawaban Rasulullah tersebut memberi teguran dan peringatan bagi semua laki laki yang hendak akan menikah agar supaya memilih bikr (gadis).
Dari kejadian yang menimpa sahabat Jabir r.a memberi pelajaran bagi kita bahwa Syariat islam tak pernah nihil atau absen dalam aturan kehidupan, termasuk dalam pernikahan. Dan bagi mereka yang telah terbawa oleh arus opini yang sangat tak relevan dan suul-adab semoga diberi pemahaman yang kembali murni dan bebas dari paham paham yang mendekatkan kepada jurang kesesatan.
Sekte orientalisme menyerang tidak hanya dalam bentuk berbilangannya istri Nabi Muhammad SAW, mereka mencari dan mengembangkan opini dalam upaya melemahkan kekuatan Islam. Agar superioritas barat tetap bertahan. Mereka mengolok-olok Islam dan Nabi Muhammad dengan berbagai rupa kecacatan. Mereka mengatakan bahwa Islam tidak sesuai dengan sains. Nabi Muhammad seorang tiran dengan pola pemerintahan yang demokratis dan Muslim tidak mampu untuk membuka diri terhadap gagasan baru dari apa yang mereka utarakan jelas penilaian itu seperti adalah analisa yang tidak objektif dan berkesan mengedepankan nafsu asumsi buruk terhadap Islam pada tahun 2001 lalu dan Amerika Serikat atas serangan bom terhadap WTC. Dari peristiwa tersebut Negara yang dijuluki Paman Sam melontarkan fitnah kejam terhadap kaum Islam dengan demikian presiden saat itu langsung menyatakan perang terhadap terorisme dan berdampak di sejumlah negara barat Islam, budya semakin meningkat dan arus kecurigaan terhadap Islam serta masyarakat muslim semakin menjadi-jadi akan tetapi pada kenyataannya menurut informasi yang dilansir oleh Palestina diary 28 Oktober 2012 pola pengeboman dilakukan oleh Timothy, bekas Anggota militer AS dan menjadi fundamentalis Kristen.
Semua hal diatas memerlukan kajian yang membahas upaya penegakan pengokohan keyakinan dari setiap individu muslim agar tidak tercemar atau bahkan terpengaruh terhadap paham yang mereka sebarkan dengan berbagai bentuk pendekatan pendekatan studi Islam baik dari Khazanah keislaman dalam maupun kontemporer.
Wallahu a’lam bis showab.