Santri dan Kitab Kuning
Santri adalah sebuah kata yang pasti tak asing lagi bagi kita.Seorang pelajar yang membaca ilmu di berbagai pesantren di plosok Indonesia.Susah, senang, sedih, bahagia, canda tawa, semua berpadu mengiringi tekadnya. Melalui miniatur kehidupan ini (Pesantren), mereka (para Santri) tidak hanya di gembleng tentang urusan agama saja melainkan juga berbagai dinamika kehidupan di luar sana, seperti urusan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya.
Namun mereka lebih di fokuskan pada urusan agama supaya pondasi syariat tertancap kuat di pribadi mereka. Tidak bisa di pungkiri jika makanan sehari-hari para santri adalah lusinan kitab kuning yang berisi tentang ajaran-ajaran Agama. Kitab Kuning atau di sebut Kitab Klasik adalah sebuah kitab yang berisi berbagai macam aturan-aturan atau motivasi-motivasi tentang agama Islam yang berupa tulisan-tulisan berbahasa arab tanpa terjemah dan harokat (gundul) di kaji melalui penjelasan seorang kyai, ustadz dan lainnya, atau bisa juga di pelajari melalui Musyawarah bersama.
Begitu juga yang umum dilakukan oleh para santri Ponpes Riyadlul Jannah Pacet ini, dimana setiap hari mereka harus berdansa dengan bolpointnya mengukir lembaran-lembaran kitab kuningnya dengan coretan-coretan tinta Hi-Tech-nya, dengan sabar dan tawadhu’ menyimak setiap kata yang di ucapkan oleh Abi dengan harapan hujan futuh membasahi seluruh inci dirinya.
Kitab Kuning….. Itulah kekasih yang selalu menemani setiap kesehariannya di pesantren, setelah sholat, setelah kerja, tak pernah lepas,kitab tersebut tertempel erat di dadanya karena dia tau betapa banyaknya, betapa luasnya, betapa mulyanya, betapa pentingnya ilmu-ilmu yang terukir dalam kitab tersebutsebagai bekal hidupnya untuk menyusuri rimba-rimba dunia menuju arah Tuhannya.Bukanlah santri jika tak mengenal kitab kuning karena dianya ibarat sate melalui daging dengan tusuknya…. hmmm betapa sedapnya.